Pada kali ini saya akan bahas tentang pelajaran KOK sulit ya diterima oleh saya????
Setelah diteliti ternyata benar. Kebanyakan Siswa, sulit sekali menerima suatu pelajaran yang sebenarnya itu mudah. Apa kesalahannya?
Semuanya terletak pada yang BISA. Bisa dikatakan bahwa hal tersebut adalah GURU. Bagaimana dengan muridnya? Muridnya ternyata hanya bisa dikatakan 30% saja penunjang keberhasilan sekolah. Sedangkan Guru adalah 70%.
Mengerti GURU
Lantas mengapa kita harus mengerti guru???
Hal tersebut dikarenakan bukan karena kita tidak bisa menghafalkan semua pelajaran yang tertulis dibuku. Namun disebabkan karena kita, yang diajar oleh seorang guru, tidak mengerti apa yang dimaksudkan guru. Mengapa demikian?
Faktor yang pertama adalah buku yang kita pelajari. Banyak Buku yang tidak bisa saya sebutkan, ternyata malahan membuat muridnya susah dan hal itu yang dipakai guru untuk mengajar.
Misalnya RUMUS A yang paling sulit dan muter-muter, malah yang dipakai guru.
Seharusnya, guru harus juga bisa memahami apa yang akan disampaikan, dan bagaimana cara menyampaikannya.
Hal ini sebetulnya juga saya rasakan pada pelajaran FISIKA. Sewaktu saya diajarkan oleh Gurunya, malah kok terlalu rumit? Ya memang yang diberikan setiap orang itu berbeda-beda.
Namun Apa daya, bila seorang Mahasiswa/i praktek yang mengajar saya dikelas malahan membuat saya 100% mudeng atau ngerti pada pelajaran yang disampaikan.
Bila diflashbackan lagi, ada apa dengan harus mengerti guru?.
Maksud saya disini adalah bukan kita mengerti apa yang disampaikan karena jelas Materi kita menuntut kita untuk MAJU, namun kita harus mengerti apa yang menjadi kemauan guru tersebut pada saat kita menjawab soal. Contohnya saja pada pelajaran PKN kita sudah menghafalkan petemplek/ istilahnya menteng atau apa bahasa anda, namun kok salah? Ternyata pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan TO THE POINT.
Lantas Bagaimana kita mengerti guru,
Setelah saya pindah dari Magelang dan sekarang di Salatiga sekarang, untuk 1 Semester ini jujur saya masih terdapat kegagalan yang berarti. Saya di kelas XI semester 1 di Salatiga ini jujur belum bisa memahami guru yang BARU....
Ternyata saya JUGA SALAH. Mengapa demikian? Jelas tentunya saya juga masih belum bisa memahami gurunya.
Akhirnya kan kita sendiri yang rugi tidak bisa menampa/menompo/menerima hasil yang memuaskan...
Oleh karena itu, perlu adanya diskusi, belajar kelompok diantara teman-teman sekitar dan sebagainya. Jangan sampai kita yang rugi sendiri. Lha wong pelajarane enteng...
Kurikulum
Yok Berikut rangkuman kurikulum lama dan baru, dan kenapa sebenarnya saya lebih suka kurikulum baru ketimbang lama
Sebenarnya ada beberapa perbedaan antara kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru, berikut adalah 6 perbedaan kurikulum lama dengan kurikulum baru menurut Prof. Dr. H. Oemar Hamalik :
1. Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalaman-pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal yang telah dialami sebelumnya. Di lain pihak, kurikulum baru berorientasi pada masa sekarang, sebagai persiapan untuk masa yang akan datang. Pengajaran berdasarkan unit atau topik dari kehidupan masyarakat serta sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.
2. Kurikulum lama tidak berdasarkan pada filsafat pendidikan yang jelas, sulit dipahai dan tidak ada kesatuan pendapat di kalangan guru tantang filsafat pendidikan yang dianut tersebut. Akibatnya setiap guru mempunyai tasiran sendiri tentang berbagai hal yang akan di ajarakn kepada siswa sehingga pembelajaran tidak konsisten. Dengan pengalaman yang diperlukan siswa. Di lain pihak kurikulum baru berdasarkan pada filsafat pendidikan yang jelas, yang dapat diajarkan dalam serangkaian tindakan yang yata dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang mengutamakan perkembangan segi pengetahuan dan keterampilan dengan mengabaikan perekembangan sikap, cita-cita, kebiasaan dan sebagainya. Belajar lebih ditekankan pada unsur mengingat dan mengerjakan latihan-latihan belaka. Adapun penguasaan pengetahuan dan keterampilan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh ijazah atau kenaikan kelas. Sebaliknya kurikulum baru bertujuan untuk mengembangkan keseluruhan pribadi siswa. Belajar bukan untuk memperoleh ijazah, melainkan untuk mampu hidup di dalam masyarakat.
4. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah. Terkadang memang diadakan semacam korelasi, tetapi korelasi tersebut hanya dilakukan diantara unsur-unsur tertentu saja dalam beberapa mata pelajaran. Gagasan untuk memadukan beberapa mata pelajaran telah ada, namun masih merupakan suatu broad filed (bidang studi) yang sempit. Dalam kurikulum lama mata pelajaran hanya berfungsi sebagai alat. Sebaliknya kurikulum baru disusun berdasarkan masalah atau topik tertentu. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, sehingga terjadi proses modifikasi dan penguatan tingkah lau melalui pengalaman dengan menggunakan mata pelajaran. Oleh karena itu, kurikulum disusuun dalam bentuk bidang studi yang luas atau dalam bentuk integrasi dari semua mata pelajaran.
5. Kurikulum lama hanya didasarkan pada biku pelajaran (texbook) sebagai sumber bahan dalam mengajarkan mata pelajaran. Meskipun buku-buku sumber tersebut sering diperbaiki, namun seringkali bahan yang terkandung di dalamnya tidak up to date lagi, bahkan seringkali pemilihan bahan tidak selaras dengn filsafat dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Berbagai permasalahan dalam masyarakat sering yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa pun tidak pernah disinggung. Sebaliknya, kurikulum baru bertitik tolak dari masyarakat dalam kehidupan keseharian. Yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat dan kebutuhan individu. Bahkan sumber yang paling luas adalah masyarakat itu sendiri, sedangkan buku hanya menjadi sumber pelengkap.
6. Kurikulum lama dikembangkan oleh masing-masing guru secara perorangan. Gurulah yang menentukan mata pelajaran dalam kurikulum, mereka yang menentukan bahan dan pengalaman belajar yang akan diajarkan dan mereka pula yang menentukan sumber bahan. Pendek kata, berhasil atau tidaknya kurikulum bergantung pada guru secara perorangan atau dengan kata lain guru merupakan seorang cardinal factor dalam keberhasilan kurikulum di sekolah. Di lain pihak kurikulum baru dikembankan oleha sekolompok guru secara bersama-sama atau oleh departemen tertentu. Setiap guru terikat pada konsep yang telah di susun oleh kelompok atau departemen tersebut , dengan tidak mengurangi kebebasan guru untuk mengadakan beberapa penyesuaian dalam batas-batas tertentu.
Daftar Pustaka:
Hamalik, O. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bisa dilihat bukan? bahwa Kurikulum lama saja masih bersifat ABSTRAK. Tidak lain kurikulum lama adalah kurikulum Ngawur...
Nah sekarang sudah terbuka kan mainset teman2... Saya aja baru Hari ini kebuka pikirannya hehehe
Oke selamat Malam....
Penelusuran Terkait
Cara Menalukan pelajaran sendiri; menaklukan matematika; menaklukan pelajaran fisika; menaklukan fisika; menaklukan kimia; menaklukan pelajaran kimia; tips menaklukan pelajaran; tips belajar cepat masuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar